Wednesday, October 28, 2015

Please Don't Ruin My Mood

Di,
Sepertinya sudah cukup lama aku tidak sedang berbahagia. Dan pada saat masa itu tiba, aku ingat kamu. Masih kebiasaan ku yang biasanya. Berarti aku masih tidak banyak berubah ya Di? Ya sudah lah, tidak papa. Setidaknya aku tidak seperti ini pada pencipta kita. Alhamdulillah, aku selalu ingat Allah bahkan ketika aku sedang sangat berbahagia. Tidak saat sedang sedih saja.
Kamu sedang apa disana? Aku? Seperti biasanya, ketika aku sudah menulis lagi, berarti aku sedang tidak bisa menahan air mata. Huhuhuhu.. Tidak papa Di. Sudah sedikit lama aku tidak menangis. Beberapa hari ini, ada beberapa hal yang sedang mengganjal pikiran ku. Kemarin malam aku bahkan tidak bisa tidur.
Di, aku tidak tahu harus mulai dari mana. Saat ini perasaan ku bahkan tidak bisa menguraikan beban apa yang membuat ku merasa tidak nyaman. Haaaaah… Di, ajak aku membeli beng-beng!!.. Setidaknya untuk membuat ku sedikit merasa nyaman.
Aku merindukan sahabat-sahabat lama ku Di. Saat ini, aku benar-benar ingin berkumpul dan tertawa bersama mereka. Aku orang yang gampang bergaul dan memiliki orang yang bisa aku anggap sahabat dengan cepat. Aku tipe sanguinish Di, aku memang orang yang nyaman jadi perhatian. Dan kebanyakan lelaki akan mudah merasa nyaman ketika kenal dengan ku. Tapi Di, akan ada beberapa cewek yang akan merasa sebaliknya. Ada yang bilang, karena aku memang mencuri perhatian, akan ada orang-orang yang cemburu dan kesal dengan ku. Ketika aku les dulu, aku sama sekali tidak pernah ambil pusing dengan mereka-mereka yang cemburu. Toh aku tidak pernah mengusik dan mengganggu mereka. Tapi kali ini keadaannya berbeda Di.
Di kantor, kami mendeklarasikan bahwa kami sahabatan. Aku orang baru memang, tapi aku dengan mudah bisa masuk dalam kelompok mereka. Berlima. Aku nyaman dengan keluarga baru ini. Begitupun yang lainnya. Kami merencakan banyak hal bersama, tidak hanya untuk senang-senang saja tapi untuk susah sama-sama juga. Tapi beberapa kali, aku merasa dia menganggap ku saingannya. Aku terlalu hiperaktif dan mengganggu kenyamanannya. Di, dari dulu aku memang seperti ini. Aku hiperaktif pun tidak dibuat-buat. Aku membuat orang terkesan, niat utamanya juga bukan untuk dipuji dan dibangga-banggakan. Tetapi untuk diri ku sendiri Di. Hanya untuk membuktikan pada diri ku sendiri bahwa aku bisa. Aku pun juga akan terus mencari-cari hal baru yang aku tidak tahu untuk aku jadikan tantangan berikutnya tapi dengan cara ku sendiri. Semuanya sungguh tidak untuk menjatuhkan orang lain Di. Oh Tuhan, aku bukan orang yang ingin bersaing dengan sahabat ku sendiri.
Dia tidak selalu seperti itu memang. Hanya beberapa kali ketika aku sedang kumat. Entahlah Di, tapi aku sering kali tidak nyaman dengan cara dia menghentikan apa yang sedang aku usahakan. Argh.. Mungkin hanya perasaan ku saja Di. Mungkin aku yang tidak bisa berpositif thinking pada orang yang aku sebut sahabat. Ya ampun Di, sejahat itu kah aku. (tears)

Itu masalah pertama ku Di. Masalah kedua, masih disekitaran kantor. Tentang pekerjaan ku. Sudah lima bulan aku bekerja disini. Sebelumnya aku nyaman-nyaman saja. Bahagia bahkan. Aku orang yang akan terlihat paling bahagia ketika ada orang bertanya, bagaimana kantor barunya? Bagaimana tidak, dibulan ketiga aku dapat promosi. Gaji ku bahkan melebihi rata-rata gaji pegawai disana. Aku juga suka pekerjaan ku. Berkecimpung dibidang pajak. Sesuatu yang juga baru aku pelajari ketika aku ikut pelatihan Brevet di PPA FE UI. Yah setidaknnya dengan bekerja disini, keahlian pajak ku meningkat. Tidak hanya itu, seperti yang aku sebutkan tadi, aku punya keluarga baru. Kami sering keluar bareng, makan, nonton dan ngopi. Yeay, pulang jam 12 malam atau jam 1 bukan hal yang baru buat kami. Yah, begitulah cara kami menghabiskan waktu  bersama. Ketika puasa kemaren, sahur, buka dan taraweh pun kami juga selalu bersama. Kebetulan juga kosan kami sebelahan. Keberadaan mereka menjadikan ku tidak terlalu butuh sosok yang bisa memanjakan ku. Mereka saja sudah cukup. Tapi Di, sekarang aku mulai BOSAN. Sungguh. Aku benar-benar bosan. Aku bosan dengan semua rutinitas pekerjaan yang aku kerjaan. Aku butuh sesuatu yang lebih menantang dibanding hanya sekedar Business Development. Aku lelah, terlalu banyak urusan administrative yang aku kerjakan. Aku butuh sesuatu yang lebih.
Kamu bisa deskripsikan sendiri Di, tahap bosan ku kali ini. Tapi memang jadi orang dengan kadar bosan diatas rata-rata harus kreatif menciptakan sesuatu yang baru. Sampai saat ini, aku masih belum bisa mencari sudut pandang lain dari apa yang sedang aku kerjakan kali ini. Rumput tetangga memang jauh lebih hijau bukan? Hahahaha.
Masalah terakhir ku adalah tentang Dia. Yup, orang yang sudah hampir tiga tahun menemani ku. Hampir setahun kami ldr-an. Aku bingung Di, sebenarnya aku dan dia itu bagaimana. Bahkan untuk meyakinkan ku saja dia tidak bisa. Atau bahasa lainnya, untuk bisa percaya dia serius saja aku tidak bisa. Jadi siapa yang salah Di? Aku atau dia? Sudah hampir berbulan-bulan komunikasi kami tidak se-intens dulu. Mungkin sejak aku mulai bekerja. Aku sudah tidak terlalu butuh orang untuk teman bercerita karena aku merasa lingkungan baru ku saja sudah cukup. Dia pun sibuk dan pusing dengan thesisnya disana. Keberadaan ku bahkan hanya mengganggu konsentrasinya. Aku takut Di, kami sama-sama nyaman dengan keadaan ini dan rasa saling membutuhkan itu berangsur-angsur tiada. Itu hal yang cukup berbahaya untuk sebuah hubungan bukan?? Oh, tidak hanya cukup berbahaya ya, sangat berbahaya berarti.
Seluruh keluarga ku sudah kenal Dia Di. Lebaran kemaren Dia sempat pulang, kemudian datang berkunjung ke Payakumbuh. Aku sampai kaget. Ada angin apa ya, yang buat Dia akhirnya ke rumah ku. Kebetulan kami bukan dari kota yang sama Di. Bahkan pulaunya pun berbeda. Kedatangan Dia kemaren sasaran empuk keluarga ku untuk bertanya, hubungan ini akan dibawa kemana. Dan bla, bla, bla, bla, dia bilang serius dan akan melamar setelah urusan disana selesai. Setidaknnya jawaban dia menghentikan orang tua ku mencarikan jodoh. Itu menyelamatkan hidupku, tapi bukan dari pertanyaan kapan menikah.
Tapi Di, tau kah kamu kami sudah tidak berkomunikasi berapa lama. Mungkin sama-sama gengsi dan ego. Apakah pantas, hubungan seperti itu dibawa serius? Teman ku bilang, yang cowok itu dia jadi seharusnya yang berusaha buat dapatin dan pertahanin kamu itu dia. Kalau memang dia serius, dia yang akan mengusahakan bisa miliki kamu. Yah, atas dasar ini lah aku tidak mengusiknya. Tidak sampai dia bertanya.
Aku sudah tidak sedang menangis lagi Di. Setelah aku menulis, aku banyak menyadari apa yang buat ku merasa sedih berasal dari diriku sendiri. Aku harus banyak memperbaiki diri bukan? Aku akan terus berusaha Di, tapi kamu harus selalu ada disana. Entah ketika aku sedang butuh ataupun ketika aku sedang tersenyum ceria dengan apa yang sedang aku jalani.