Di,
Sepertinya sudah cukup lama aku tidak sedang berbahagia.
Dan pada saat masa itu tiba, aku ingat kamu. Masih kebiasaan ku yang biasanya. Berarti
aku masih tidak banyak berubah ya Di? Ya sudah lah, tidak papa. Setidaknya aku
tidak seperti ini pada pencipta kita. Alhamdulillah, aku selalu ingat Allah
bahkan ketika aku sedang sangat berbahagia. Tidak saat sedang sedih saja.
Kamu sedang apa disana? Aku? Seperti biasanya, ketika aku
sudah menulis lagi, berarti aku sedang tidak bisa menahan air mata. Huhuhuhu.. Tidak
papa Di. Sudah sedikit lama aku tidak menangis. Beberapa hari ini, ada beberapa
hal yang sedang mengganjal pikiran ku. Kemarin malam aku bahkan tidak bisa
tidur.
Di, aku tidak tahu harus mulai dari mana. Saat ini perasaan
ku bahkan tidak bisa menguraikan beban apa yang membuat ku merasa tidak nyaman.
Haaaaah… Di, ajak aku membeli beng-beng!!.. Setidaknya untuk membuat ku sedikit
merasa nyaman.
Aku merindukan sahabat-sahabat lama ku Di. Saat ini, aku
benar-benar ingin berkumpul dan tertawa bersama mereka. Aku orang yang gampang
bergaul dan memiliki orang yang bisa aku anggap sahabat dengan cepat. Aku tipe
sanguinish Di, aku memang orang yang nyaman jadi perhatian. Dan kebanyakan
lelaki akan mudah merasa nyaman ketika kenal dengan ku. Tapi Di, akan ada
beberapa cewek yang akan merasa sebaliknya. Ada yang bilang, karena aku memang
mencuri perhatian, akan ada orang-orang yang cemburu dan kesal dengan ku. Ketika
aku les dulu, aku sama sekali tidak pernah ambil pusing dengan mereka-mereka
yang cemburu. Toh aku tidak pernah mengusik dan mengganggu mereka. Tapi kali
ini keadaannya berbeda Di.
Di kantor, kami mendeklarasikan bahwa kami sahabatan. Aku
orang baru memang, tapi aku dengan mudah bisa masuk dalam kelompok mereka.
Berlima. Aku nyaman dengan keluarga baru ini. Begitupun yang lainnya. Kami
merencakan banyak hal bersama, tidak hanya untuk senang-senang saja tapi untuk
susah sama-sama juga. Tapi beberapa kali, aku merasa dia menganggap ku
saingannya. Aku terlalu hiperaktif dan mengganggu kenyamanannya. Di, dari dulu
aku memang seperti ini. Aku hiperaktif pun tidak dibuat-buat. Aku membuat orang
terkesan, niat utamanya juga bukan untuk dipuji dan dibangga-banggakan. Tetapi
untuk diri ku sendiri Di. Hanya untuk membuktikan pada diri ku sendiri bahwa
aku bisa. Aku pun juga akan terus mencari-cari hal baru yang aku tidak tahu
untuk aku jadikan tantangan berikutnya tapi dengan cara ku sendiri. Semuanya
sungguh tidak untuk menjatuhkan orang lain Di. Oh Tuhan, aku bukan orang yang
ingin bersaing dengan sahabat ku sendiri.
Dia tidak selalu seperti itu memang. Hanya beberapa kali
ketika aku sedang kumat. Entahlah Di, tapi aku sering kali tidak nyaman dengan
cara dia menghentikan apa yang sedang aku usahakan. Argh.. Mungkin hanya
perasaan ku saja Di. Mungkin aku yang tidak bisa berpositif thinking pada orang
yang aku sebut sahabat. Ya ampun Di, sejahat itu kah aku. (tears)
Itu masalah pertama ku Di. Masalah kedua, masih
disekitaran kantor. Tentang pekerjaan ku. Sudah lima bulan aku bekerja disini.
Sebelumnya aku nyaman-nyaman saja. Bahagia bahkan. Aku orang yang akan terlihat
paling bahagia ketika ada orang bertanya, bagaimana kantor barunya? Bagaimana
tidak, dibulan ketiga aku dapat promosi. Gaji ku bahkan melebihi rata-rata gaji
pegawai disana. Aku juga suka pekerjaan ku. Berkecimpung dibidang pajak. Sesuatu
yang juga baru aku pelajari ketika aku ikut pelatihan Brevet di PPA FE UI. Yah
setidaknnya dengan bekerja disini, keahlian pajak ku meningkat. Tidak hanya
itu, seperti yang aku sebutkan tadi, aku punya keluarga baru. Kami sering
keluar bareng, makan, nonton dan ngopi. Yeay, pulang jam 12 malam atau jam 1
bukan hal yang baru buat kami. Yah, begitulah cara kami menghabiskan waktu bersama. Ketika puasa kemaren, sahur, buka
dan taraweh pun kami juga selalu bersama. Kebetulan juga kosan kami sebelahan.
Keberadaan mereka menjadikan ku tidak terlalu butuh sosok yang bisa memanjakan
ku. Mereka saja sudah cukup. Tapi Di, sekarang aku mulai BOSAN. Sungguh. Aku
benar-benar bosan. Aku bosan dengan semua rutinitas pekerjaan yang aku kerjaan.
Aku butuh sesuatu yang lebih menantang dibanding hanya sekedar Business
Development. Aku lelah, terlalu banyak urusan administrative yang aku kerjakan.
Aku butuh sesuatu yang lebih.
Kamu bisa deskripsikan sendiri Di, tahap bosan ku kali
ini. Tapi memang jadi orang dengan kadar bosan diatas rata-rata harus kreatif
menciptakan sesuatu yang baru. Sampai saat ini, aku masih belum bisa mencari
sudut pandang lain dari apa yang sedang aku kerjakan kali ini. Rumput tetangga
memang jauh lebih hijau bukan? Hahahaha.
Masalah terakhir ku adalah tentang Dia. Yup, orang yang
sudah hampir tiga tahun menemani ku. Hampir setahun kami ldr-an. Aku bingung
Di, sebenarnya aku dan dia itu bagaimana. Bahkan untuk meyakinkan ku saja dia
tidak bisa. Atau bahasa lainnya, untuk bisa percaya dia serius saja aku tidak
bisa. Jadi siapa yang salah Di? Aku atau dia? Sudah hampir berbulan-bulan
komunikasi kami tidak se-intens dulu. Mungkin sejak aku mulai bekerja. Aku
sudah tidak terlalu butuh orang untuk teman bercerita karena aku merasa lingkungan
baru ku saja sudah cukup. Dia pun sibuk dan pusing dengan thesisnya disana.
Keberadaan ku bahkan hanya mengganggu konsentrasinya. Aku takut Di, kami
sama-sama nyaman dengan keadaan ini dan rasa saling membutuhkan itu
berangsur-angsur tiada. Itu hal yang cukup berbahaya untuk sebuah hubungan
bukan?? Oh, tidak hanya cukup berbahaya ya, sangat berbahaya berarti.
Seluruh keluarga ku sudah kenal Dia Di. Lebaran kemaren
Dia sempat pulang, kemudian datang berkunjung ke Payakumbuh. Aku sampai kaget.
Ada angin apa ya, yang buat Dia akhirnya ke rumah ku. Kebetulan kami bukan dari
kota yang sama Di. Bahkan pulaunya pun berbeda. Kedatangan Dia kemaren sasaran
empuk keluarga ku untuk bertanya, hubungan ini akan dibawa kemana. Dan bla,
bla, bla, bla, dia bilang serius dan akan melamar setelah urusan disana
selesai. Setidaknnya jawaban dia menghentikan orang tua ku mencarikan jodoh.
Itu menyelamatkan hidupku, tapi bukan dari pertanyaan kapan menikah.
Tapi Di, tau kah kamu kami sudah tidak berkomunikasi
berapa lama. Mungkin sama-sama gengsi dan ego. Apakah pantas, hubungan seperti
itu dibawa serius? Teman ku bilang, yang cowok itu dia jadi seharusnya yang
berusaha buat dapatin dan pertahanin kamu itu dia. Kalau memang dia serius, dia
yang akan mengusahakan bisa miliki kamu. Yah, atas dasar ini lah aku tidak
mengusiknya. Tidak sampai dia bertanya.
Aku sudah tidak sedang menangis lagi Di. Setelah aku
menulis, aku banyak menyadari apa yang buat ku merasa sedih berasal dari diriku
sendiri. Aku harus banyak memperbaiki diri bukan? Aku akan terus berusaha Di,
tapi kamu harus selalu ada disana. Entah ketika aku sedang butuh ataupun ketika
aku sedang tersenyum ceria dengan apa yang sedang aku jalani.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah berkunjung.
Jangan lupa meninggalkan jejak ya!!